Seperti Roda
Renungan : Roda
Suatu ketika, ada sebuah roda yang kehilangan salah satu jari-jarinya.
Ia tampak sedih. Tanpa jari-jari yang lengkap, tentu, ia tak bisa lagi
berjalan dengan lancar. Hal ini terjadi saat ia melaju terlalu kencang
ketika melintasi hutan. Karena terburu-buru, ia melupakan, ada satu
jari-jari yang jatuh dan terlepas. Kini sang roda pun bingung. Kemana
kah hendak di cari satu bagian tubuhnya itu?
Sang roda pun
berbalik arah. Ia kembali menyusuri jejak-jejak yang pernah di
tinggalkannya. Perlahan, di tapakinya jalan-jalan itu. Satu demi satu di
perhatikannya dengan seksama. Setiap benda di amati, dan di cermati,
berharap, akan di temukannya jari-jari yang hilang itu.
Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali
bunga-bunga di tengah padang. Dikunjunginya kembali semut dan serangga
kecil di jalanan. Dan dilewatinya lagi semua batu-batu dan
kerikil-kerikil pualam. Hei....semuanya tampak lain. Ya, sewaktu sang
roda melintasi jalan itu dengan laju yang kencang, semua hal tadi cuma
berbentuk titik-titik kecil. Semuanya, tampak biasa, dan tak istimewa.
Namun kini, semuanya tampak lebih indah.
Rerumputan dan
ilalang, tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak lagi hanya
berupa batang-batang yang kaku. Mereka tampak tersenyum, melambai
tenang, bergoyang dan menyampaikan salam. Ujung-ujung rumput itu,
bergesek dengan lembut di sisi sang roda. Sang roda pun tersenyum dan
melanjutkan pencariannya.
Bunga-bunga pun tampak lebih indah.
Harum dan semerbaknya, lebih terasa menyegarkan. Kuntum-kuntum yang baru
terbuka, menampilkan wajah yang cerah. Kelopak-kelopak yang tumbuh,
menari, seakan bersorak pada sang roda. Sang roda tertegun dan berhenti
sebentar. Sang bunga pun merunduk, memberikan salam hormat.
Dengan perlahan, dilanjutkannya kembali perjalanannya. Kini, semut dan
serangga kecil itu, mulai berbaris, dan memberikan salam yang paling
semarak. Kaki-kaki mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang meriah.
Sayap-sayap itu bergetar, seakan ada ribuan genderang yang di tabuh.
Mereka saling menyapa. Dan, serangga itu pun memberikan salam, dan doa
pada sang Roda.
Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang
hadir, tampak berbeda jika di lihat dari mata yang tergesa-gesa. Mereka
lebih indah, dan setiap sisi batu itu memancarkan kemilau yang teduh.
Tak ada lagi sisi dan ujung yang tajam dari batu yang kerap mampir di
tubuh sang Roda. Semua batu dan pualam, membuka jalan, memberikan
kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah lama berjalan,
akhirnya, ditemukannya jari-jari yang hilang. Sang roda pun senang. Dan
ia berjanji, tak akan tergesa-gesa dan berjalan terlalu kencang dalam
melakukan tugasnya.
===
Saudara-Saudariku yg baik,
begitulah hidup. Kita, seringkali berlaku seperti roda-roda yang
berjalan terlalu kencang. Kita sering melupakan, ada saat-saat indah,
yang terlewat di setiap kesempatan. Ada banyak hal-hal kecil, yang
sebetulnya menyenangkan, namun kita lewatkan karena terburu-buru dan
tergesa-gesa.
Hati kita, kadang terlalu penuh dengan
target-target, yang membuat kita hidup dalam kebimbangan dan
ketergesaan. Langkah-langkah kita, kadang selalu dalam keadaan panik,
dan lupa, bahwa di sekitar kita banyak sekali hikmah yang perlu di
tekuni.
Seperti saat roda yang terlupa pada rumput, ilalang,
semut dan pualam, kita pun sebenarnya sedang terlupa pada hal-hal itu.
Saudara-Saudariku yg baik, coba, susuri kembali jalan-jalan kita.
Cermati, amati, dan perhatikan setiap hal yang pernah kita lewati. Runut
kembali perjalanan kita.
Adakah kebahagiaan yang terlupakan?
Adakah keindahan yang tersembunyi dan alpa kita nikmati? Kenanglah
ingatan-ingatan lalu. Susuri dengan perlahan. Temukan keindahan itu!!
No comments:
Post a Comment