Iklan

Tuesday, March 20, 2012

Manusia dan Harapan



Manusia dan Harapan
A.      Pengertian Harapan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia tampa harapan , berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung kepada pengetahuan,pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Misalnya, budi yang hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan banyak orang, atau orang itu seperti  peribahasa “ si pungguk merindukan bulan”
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi tidak ada usaha, tidak pernah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai. Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A. luluspun tidk mungkin.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha  dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan saran terkabulnya harapan.
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjasdi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Contoh:
·         Budi seorang mahasiswa STMIK Gunadarma, ia rajin belajar dengan harapan didalam ujian semester mendapatkan angka yang baik.
·         Hadir seorang wiraswasta yang rajin. Sejak mulai menggarap usahanya ia mempunyai harapan usahanya menjadi besar dan maju. Ia yakin usahanya menjadi kenyataan, karena itu ia bersungguh-sungguh dengan usahanya itu.
Dari kedua contoh terlihat, apa yang diharapkan Budi dan Hadir ialah trjadinya buah keinginan, karena itu bekerja keras. Budi belajar tanpa mengenal waktu dan Hadir bekrja tanpa mengenal lelah. Semuanya itu dengan suatu keinginan demi terwujudnya apa yang diharapkan. Jadi untuk mewujudkan harapan itu harus disertai dengan usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi-tingginya. Antara harapan dan cita-cita terdapat kesamaan:
·         Keduanya menyangkut masa depan yang belum terwujud
·         Pada umunya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.

B.      Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan?
Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk social. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah-tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang biak fisik/jasmani maupun mental/spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaulan dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.

·         Dorongan kodrat
                Dorongan ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan, misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
                Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira dan sebagainya. Seperti halnya orang yang menonton pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
·         Dorongan kebutuhan manusia
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup, kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas: kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah:
-          Kelangsungan hidup (survival)
-          Keamanan (safety)
-          Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
-          Diakui lingkungan (status)
-          Perwujudan cita-cita (self actualization)

C.      Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau menyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada ucapan yang sering kita dengar:
-          Ia tidak percaya pada diri sendiri
-          Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya
-          Bagaimana juga kira harus percaya kepada pemerintah
-          Kita harus percaya akan nasehat-nasehat kyai itu, karena nasehat itu diambil dari ajaran Al-Quran
Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengar dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena merupkan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaan itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu semakin besar kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan-langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besarnya. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak beragama menurut keyakinan.
Kebenaran
Kebenaran atau benar amat penting bagi umat manusia. Setiap orang mendambakannya, karena ia mempunyai arti khusus bagi hidupnya. Ia merupakan focus dari segala pikiran, sikap dan perasaan.

D.      Berbagai kepercayaan dan usaha meningkatkannya
Kepercayaan adalah kebenaran. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas:
-          Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri iru dinamakan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan padanya.
-          Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hari atau terhadap kebenaranya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karena ucapanya. Misalnya, orang berjanji sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
-          Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir.Poedjawiyatna, Negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung  memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)
-          Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengkuan akan keberanan. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong makhluknya sedangkan makhluknya itu tidak memiliki kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan kekuatannya. Oleh karena itu jika manusia agar dapat pertolongan dari pada-Nya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat Yang Maha Tinggi yang menciptakan alam semesta dan segala isinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Berbagai usaha yang dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada kepribadian, situasi, kondisi dan lingkungan. Usaha itu antara lain:
        1/ meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah
        2/ meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat
        3/ meningkatkan kecintaan kita kepada sesame manusia dengan jalan suka menolong, dermawan dan sebagainya
        4/ mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
        5/ menekan perasaan negative seperti iri, dengki, fitna dan lain sebagianya.

No comments:

Post a Comment