Iklan

Friday, March 23, 2012

Manusia dan Cinta Kasih


Manusia dan Cinta Kasih
Menurut Kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwadarminta, cinta kasih adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) saying (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menurut belahan kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hamper bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta kasih mengadung arti hamper  bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya.  Cinta lebih mengandung perngertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara  nyata.
Cinta memegang yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.

Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwono mengemukakan, bahwa tidak semua unsure cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada yang keterikatan sangat kuat, kecemburanya besar, tetapi dirasakan oleh pasagannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau saudara sekandung yang penuh dengan keakraban, tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain dari pada partnernya.
Selain pengertian  yang dikemukakan oleh Sarlito, lain halnya pengertian cinta yang dikemukakan oleh Dr. Abdullah Basih Ulwan, dalam bukunya manajemen cinta. Cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah alami manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dengan kehidupannya. Ia selalu dibutuhkan. Jika seseorang ingin menikmati dengan cara yang terhormat mulia, suci dan penuh taqwa, tentu ia akan mempergunakan cinta itu untuk mencapai keinginannya yang suci dan mulia pula.
Didalam kitab suci Al-quran, ditemui adanya fenome cinta yang bersembunyi di dalam jiwa manusia, cinta memiliki tiga tingkatan-tingkatan : tinggi, menengah, dan rendah. Tingkatan cinta tersebut diatas adalah berdasarkan firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut:
                Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannyam dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan Allah. Cinta tingkat menengah adalah cinta seseorang kepada orangtua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat. Cinta tingkat rendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta kepada keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal.
Bagi setiap orang Islam yang bertaqwa, sudah menjadi keharusan bahwa cinta kepada Allah, pada Rasulullah, dan berjihad di jalan Allah, adalah merupakan cinta yang tidak ada duannya. Hal ini merupakan konsekuensi iman dan merupakan keharusan dalam Islam. Bahkan itu pendorong utama di dalam menunjang tinggi agama.
Tak diragukan lagi, bahwa seorang yang telah merasakan kelezatan iman di dalam hatinya, ia akan mencurahkan segala cintanya hanya kepada Tuhan. Karena ia telah meyakini bahwa Dzat Tuhanlah Yang Maha Sempurna, Maha Indah dan Maha Agung. Tak ada satupun selain dia yang memiliki kesempurnaan sifat-sifat tersebut. Maka dengan ketulusan iman yang sejati itulah yang harus diikuti karena dialah yang Maha Tinggi, Maha Kesempurnaan dan Maha Agung.
Hakekat cinta menengah adalah suatu energy yang datang dari perasaan hati dan jiwa. Ia timbul dari perasaan seseorang yang dicintainya, aqidah, keluarga, kekerabatan, atau persahabatan. Karenanya hubungan cinta, kasih sayang dan kesetian diantara mereka, semakin akrab.
Berangkat dari perasaan lembut yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati dan jiwa seseorang inilah, akan terbentuk perasaan kasih sayang dan cinta dari seseorang terhadap orang lain : seseorang anak terhadap orang tuanya, orang tua terhadap anak-anaknya, seseorang suami terhadap istrinya atau sebaliknya, cinta seseorang terhadap sanak saudara dan familynya, cinta seseorang terhadap sahabatnya, atau seseorang penduduk pada tanah airnya.
Cinta menengah ini tampak jelas hasilnya kalau tidak pasti tidak akan terbentuk suatu keluarga dan tidak akan ada kekerabatan yang banyak terdapat pada daerah-daerah di tanah air. Dan cinta yang rendah adalah cinta yang paling hina dan keji serta merusak rasa kemanusiaan. Karena itu ia adalah cinta rendahan. Terbentuknya beraneka ragam misalnya:
1.       Cinta kepada thagut. Thagut adalah syetan, atau sesuatu sesembahan selain Tuhan dalam surat Al-Baqarah, Allah berfirman: “ dan diantara manusia ada  orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah; mereka  mencintai sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat mencintai Allah.
2.       Cinta berdasarkan hawa nafsu.
3.       Cinta yang lebih mengutamakan kecintaan pada orang tua, anak ,  istri, perniagaan dan tempat tinggal.
Inilah cinta yang membawa manusia kepada cinta yang tidak bermanfaat dan bahkan bisa merugikan orang lain.
B.  Cinta Menurut Ajaran Agama
1.  Cinta Diri
                Cinta diri ini erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri, karena seorang manusia pada hakikatnya mancintai untuk hidup tetap senang, mengembangkan potensi dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Dan pada hakikatnya manusia membenci segala sesuatu yang menghalangi hidupnya, membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya. Al-Quran telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri, dan menghindari dari segala sesuat yang membahayakan keselamatan dirinya, melalui ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
                Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri adalah kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup.(QS. Al-‘Adiyat. 100:8)
2.  Cinta kepada sesama manusia
                Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh ia harus membatasi cintanya kepada diri sendiri dan egoismenya. Hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang pada orang-orang lain, bekerja sama dengan dan memberi bantuan kepada orang lain. Oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang pada keluh kesahnya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk memperoleh kebaikan serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya, setelah itu Allah langsung memberi pujian kepada orang-orang yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat, memberikan zakat, bersedekah kepada orang-orang miskin dan tak  punya, dan menjauhi larangan Allah. Keimanan yang demikian ini akan bisa merealisasikan kebaikan individu dan masyarakat.
                Al-Quran juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling cinta dan mencintai seperti cinta mereka kepada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terdandung pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebih-lebihan dalam mencintai diri sendiri.
3,  cinta seksual
                Cinta erat kaintannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah  yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan factor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga:
                “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cendrung dan merasa tentram kepadanyam dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir.
4.       Cinta kebapakan
Mengingat bahwa antara ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Dorongan ini Nampak jelas dalam cinta bapak kepada anak-anaknya, karena mereka sumber kesenangan dan kegembiraan baginya, sumber kekuataan dan kebangaan, dan merupakan factor pentind bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap terkenangnya dia setelah meniggal dunia. Ini terlihat jelas dalam doa Zakaria as, yang memohon pada Allah semoga ia dikaruniakan seorang anak yang akan mewarisi keluarga Ya’kub:

5.       Cinta kepada Allah
Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi juga semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah lakunya dan tindakanya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridho-Nya.:
“ katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengapuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali-Imaran. 3:31).
6.       Cinta kepada Rasul
Cinta kepada Rasul, yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasulullah yang telah menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan penuh segala kesulitan sehingga Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa manusia dari kekelaman kesesatan menuju cahaya petunjuk.

C.   Kasih Sayang
                Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
                Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagian. Kasih sayang ini merupalam pertumbuan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka didalam berumah tangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaanm tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang.
Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling tebuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsur kasih sayang hilang, maka retaklah keutuhan rumah tangga. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah kebahagian rumah tangga itu.
                Kasih sayang, dasar komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi antara anak dan orang tua. Pada prinsipnya anak terlahir dan terbentuk sebagai hasil curahan kasih sayang orang tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak boleh lepas dari  kasih sayang dan perhatian orang tua. Suatu hubungan yang harmonis akan terjadi bila hal itu terjadi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
                Suatu kasus yang sering terjadi, yang menyebabkan seorang menjadi morfinis, keberandalan remaja, frustasi dan sebagainya, diman semuanya dilatar belakangi kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga. Adanya kasih sayang ini mempengaruhi kehidupan si anak dalam masyarakat. Orang tua dalam berkasih sayang bermacam-macam demikian pula sebaliknya. Dari cara pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan :
1.       Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat pasif.
Dalam hal ini orang tua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral-materil sebanyak banyaknya, dan si anak menerima saja, mengiyakan tanpa member respon. Hal ini menyebabkan si anak menjadi takut, kurang berani dalam masyarakat, tidak berani menyatakan pendapat, minder, sehingga si anak tidak mampu berdiri sendiri dalam masyarakat.
2.       Orang tua bersifat pasih, si anak bersifat aktif.
Dalam hal ini si anak berlebih-lebihan dalam memberikan kasih sayang kepada orang tuanya, kasih sayang ini diberikan secara sepihak, orang tua mendiamkan saja tingkah laku si anak, tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.
3.       Orang tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif.
Di sini jelas bahwa masing masing membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri sendiri, tanpa saling memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kasih sayang, masing-masing membawa caranya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu. Orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.
4.       Orang tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif.
Dalam hal ini orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak-banyaknya. Sehingga hubungan orang tua dan anak sangat intim dan mesra, saling mencintai, saling menghargai, saling membutuhkan.
Kasih sayang ini Nampak sekali bila seorang ibu sedang menyusui atau mengendong, bayinya itu diajak bercakap-cakp, ditimang timang, dinyanyikan, meskipun si bayi tidak tahu arti kata-kata, lagu dan sebagainya.





No comments:

Post a Comment