Nama
|
:
|
Ridho Satria
|
NPM
|
:
|
16111146
|
Kelas
|
:
|
3KA03
|
DEPOK, KOMPAS.com - Depok
adalah Margonda, dan Margonda identik dengan Depok. Koridor satu ini memang
mengalami perkembangan sangat pesat. Pembangunan fisik segala jenis properti
tumbuh di sini. Mulai dari apartemen, pusat belanja, ruko, rukan dan lain
sebagainya.
Namun, sayangnya, pembangunan fisik properti tersebut tidak dilakukan secara proporsional. Alih-alih tertata dengan baik, malah mencuatkan kesan sporadis. Hal ini dikeluhkan sejumlah warga masyarakat yang diwawancarai Kompas.com, bulan September 2013 lalu.
"Rencana pembangunan (RT\RW) di Depok tidak terarah, sepertinya tak punya konsep yang jelas. Semua pembangunan hanya pada satu titik saja, terpusat di Margonda. Sehingga kemacetan terpusat di sini," tutur P Anggoro (37), warga Depok.
Menanggapi hal ini, Wali Kota Depok, Nurmahmudi Ismail, menjelaskan, koridor Margonda dan sekitarnya, memang dirancang sebagai pusat bisnis dan perdagangan Kota Depok. Jadi, segala hal yang terkait dengan kegiatan komersial, dikonsentrasikan di koridor ini.
"Margonda kami dedikasikan sebagai pusat aktivitas bisnis, komersial dan perdagangan. Jadi, keberadaan pusat belanja, apartemen dan ruko-ruko tersebut sudah sesuai dengan peruntukannya," jelas Nurmahmudi kepada Kompas.com, Kamis (10/10/2013).
Masih menurut Nurmahmudi, kesan semrawut dan tidak tertata memang tak bisa dihindari. Karena, pembangunan dan perbaikan belum selesai dilakukan. Pihaknya memiliki rencana untuk menyediakan jalur pedestrian (trotoar), ruang terbuka hijau, dan sarana yang bisa diakses publik dengan mudah dan murah.
Namun, sayangnya, pembangunan fisik properti tersebut tidak dilakukan secara proporsional. Alih-alih tertata dengan baik, malah mencuatkan kesan sporadis. Hal ini dikeluhkan sejumlah warga masyarakat yang diwawancarai Kompas.com, bulan September 2013 lalu.
"Rencana pembangunan (RT\RW) di Depok tidak terarah, sepertinya tak punya konsep yang jelas. Semua pembangunan hanya pada satu titik saja, terpusat di Margonda. Sehingga kemacetan terpusat di sini," tutur P Anggoro (37), warga Depok.
Menanggapi hal ini, Wali Kota Depok, Nurmahmudi Ismail, menjelaskan, koridor Margonda dan sekitarnya, memang dirancang sebagai pusat bisnis dan perdagangan Kota Depok. Jadi, segala hal yang terkait dengan kegiatan komersial, dikonsentrasikan di koridor ini.
"Margonda kami dedikasikan sebagai pusat aktivitas bisnis, komersial dan perdagangan. Jadi, keberadaan pusat belanja, apartemen dan ruko-ruko tersebut sudah sesuai dengan peruntukannya," jelas Nurmahmudi kepada Kompas.com, Kamis (10/10/2013).
Masih menurut Nurmahmudi, kesan semrawut dan tidak tertata memang tak bisa dihindari. Karena, pembangunan dan perbaikan belum selesai dilakukan. Pihaknya memiliki rencana untuk menyediakan jalur pedestrian (trotoar), ruang terbuka hijau, dan sarana yang bisa diakses publik dengan mudah dan murah.
"Kami sudah memiliki rancangannya. Tinggal kami realisasikan. Namun, kan butuh waktu yang cukup, belum lagi masalah pembebasan lahan untuk jalur pedestrian dan ruang terbuka hijaunya. Kami akan melakukan itu secara bertahap," jelas Nurmahmudi.
Untuk diketahui, di
jalur Margonda terdapat lima pusat belanja dalam interval berdekatan. Kelimanya
adalah Margo City Square, Depok Town Square, Depok Mal, Plaza Depok dan ITC
Depok. Selain itu terdapat sejumlah apartemen, baik yang sudah dihuni maupun
sedang dalam tahap konstruksi, yakni Park View di dalam kawasan Depok Town Square,
Margonda Residence, Taman Melati Margonda, dan Grand Taman Melati
Margonda.
Proyek-proyek tersebut dikembangkan oleh Lippo Karawaci, Adhi Persada Properti dan Grup Cempaka.
Proyek-proyek tersebut dikembangkan oleh Lippo Karawaci, Adhi Persada Properti dan Grup Cempaka.
Sumber:
http://properti.kompas.com/read/2013/10/12/1235005/Margonda.Memang.Kawasan.Komersial
NO
|
SALAH
|
PERBAIKAN
|
ALASAN
|
1
|
Koridor
satu ini memang mengalami
perkembangan sangat pesat.
|
Koridor
satu ini sedang dalam perkembangan pesat.
|
Meng-alami
(me-,
men-, menge-, meny)
Meng
merupakan prefiks pembentuk verba menjadi, menyampaikan, makan atau minum
menuju, mencari, mengeluarkan bunyi, menimbulkan kesan seperti seseorang.
Dasar verba.
Sedangkan
“alami”
Bersangkutan
dengan alam: bersifat alam; wajar; bakat alami; karet alami.
Disini
tidak terdapat kesimpulan dari penggunaan kata “mengalami”.
|
2
|
Mulai
dari apartemen, pusat belanja, ruko,
dan lain sebagainya.
|
Mulai
dari apartemen, pusat belanja, toko, dan lain sebagainya.
|
Pengunaan
kata ruko tidak ditemukan dalam KBBI. Bisa diganti dengan menggunakan kata
“toko, warung, kelontong”.
|
3
|
Pembangunan
fisik properti
|
Pembangunan
bangunan
properti.
|
Kata
fisik digunakan untuk jasmani.
Dalam
kesalahan, kata fisik digunakan untuk properti atau benda yang bisa bermakna
ganda karena properti bukanlah jasmani atau badaniah.
|
4
|
Apartemen
dan ruko-ruko tersebut
|
Bisa
diganti dengan menggunakan kata pengulangan toko-toko atau warung-warung.
|
Menggunakan
kata yang tidak terdapat dalam KBBI.
|
5
|
Namun,
kan butuh waktu
|
Bisa
diganti dengan menggunakan kata memang.
|
Kan
merupakan surfik pembentuk verba menjadikan; jalankan; datangkan.
Sungguh-sungguh: dengarkan; camkan. Untuk kepada orang lain: sewakan;
bacakan; jualkan.
Tidak
ditemukan kata kan berdiri sendiri dikarenakan kata kan merupakan kata
akhiran.
|
Tidak ditemukan kata
yang salah ejaan seperti Apotik yang seharusnya Apotek.
Note: analisa artikel
ini bukan bertujuan menjatuhkan atau memperburuk citra suatu media massa.
Analisa dilakukan untuk melengkapi tugas dalam matakuliah Bahasa Indonesia.
No comments:
Post a Comment